Pages

Tuesday, November 30, 2010

Human Relationship Development

1. Jelaskan Relevansi dan Implikasi kajian HRD dengan kajian PR

Definisi public relation adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya sedangakn Human Relation sendiri adalah interaksi seseorang dengan segala bentuk, situasi dan bidang kehidupan yang menghasilkan kepuasan. Pengertian ini menyangkut masalah interaksi verbal, non verbal, interaksi di rapat, kantor, perjalanan, interaksi masalah pribadi, dan organisasi HR ini dimaksudkan meningkatkan moral dan disiplin anggota organisasi. Bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja, sense of belonging, yang dikaitkan dg peningkatan produktivitas. Sehingga Human Relations fokus pada bagaimana metode komunikasi yang dipergunakan mampu memotivasi orang-orang dalam organisasi agar terjadi sikap kooperatis, kedisiplinan, etos kerja, produktivitas dan kepuasan bagi kedua belah pihak (antara perusahaan & pekerja).
Relevansi Dari kajian HRD dan Kajian PR sangat erat kaitannya dalam Suatu perusahaan. Public Relation (PR) adalah fungsi manajemen yang membantu meraih tujuan organisasi, merumuskan filosofi dan memperantarai perubahan organisasi sedangkan Human Relations dalam aktivitas manajemen adalah untuk mengupayakan agar para karyawan mampu menciptakan suatu kerjasama antar karyawan dalam satu tim kerja, meningkatkan produktifitas dan memperoleh kepuasan kerja. Jadi antar keduanya mempunyai Hubungan dalam menciptakan Hubungan antar karyawan Dalam sebuah organisasi
Implikasi Kajian HRD dan Kajian PR adalah dalam mengupayakan agar para karyawan mampu berkomunikasi dengan baik sehingga menciptakan suatu kerjasama antar karyawan dalam satu tim kerja serta meningkatkan produktifitas dan memperoleh kepuasan kerja agar tujuan suatu organisasi dapat terwujud

2. Jelaskan Implikasi Pemahaman akan tipe kepribadian dengan kegiatan HRD?

HRD berkaitan dengan cara menjalin menjalin hubungan dengan Internal relations, external relations, community relations, media relations, labor relations dsb. Sehingga Setelah tahu tentang kekuatan dan kelemahan pribadi masing, kita dapat lebih mengembangkan kekuatan dan mengurangi kelemahan. Dalam berorganisasi Sehingga dalam sebuah organisasi dapat terjalin komunikasi timbal balik, yang berguna untuk membangun pengertian, penerimaan serta kerjasama antara organisasi dengan publiknya dan juga kita dapat megetahui pekerjaan yang sesuai dengan kriteria kita. Perbedaan dan pertentangan itu biasanya menghambat tercapainya tujuan bersama. Untuk itu perlu upaya memperkecil perbedaan dan mewujudkan persamaan. Upaya ini dapat dilakukan oleh Human Relation Development (HRD)
Ada 4 tipe kepribadian dalam manusia yaitu : Sanguinis, Melankolis, Koleris & Plegmatis, atau ada juga yg langsung mengkategorikannya sesuai dgn sifat dominan masing-masing tipe, yaitu: Sanguinis Populer, Melankolis Sempurna, Koleris Kuat & Plegmatis Damai

1. Tipe Kepribadian Sanguinis
Tipe ini paling baik dalam hal berurusan dengan orang lain secara antusias; menyatakan pemikiran dengan penuh gairah; memperlihatkan perhatian. Kelemahan tipe ini adalah berbicara terlalu banyak; mementingkan diri sendiri; sulit berkonsentrasi; kurang disiplin.

2. Tipe Kepribadian Melankolis
Tipe ini paling baik dalam hal mengurus perincian dan pemikiran secara mendalam, memelihara catatan, bagan dan grafik; menganalisis masyarakat yang terlalu sulit bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah mudah tertekan; menunda - nunda suatu pekerjaan; mempunyai citra diri yang rendah; mengajukan tuntutan yang tidak realistis pada orang lain.

3. Tipe Kepribadian Koleris
Tipe ini paling baik dalam hal pekerjaan yang memerlukan keputusan cepat; persoalan yang memerlukan tindakan dan pencapaian seketika; bidang-bidang yang menuntut kontrol dan wewenang yang kuat. Kelemahan tipe ini adalah tidak tahu bagaimana cara menangani orang lain; sulit mengakui kesalahan; sulit bersikap sabar; terlalu pekerja keras.

4. Tipe Kepribadian Phlegmatis
Tipe ini paling baik dalam posisi penengahan dan persatuan; badai yang perlu diredakan; rutinitas yang terus membosankan bagi orang lain. Kelemahan tipe ini adalah kurang antusias; malas; tidak berpendirian; sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih dan gelisah.

3. Pengertian HRD

 Arti Luas :
adalah interaksi seseorang dengan segala bentuk, situasi dan bidang kehidupan yang menghasilkan kepuasan.
pengertian ini menyangkut masalah interaksi verbal, non verbal, interaksi di rapat, kantor, perjalanan, interaksi masalah pribadi, organisasi dll. Dalam interaksi ini, banyak digunakan ukuran nilai, sopan santun dan etika. Bertujuan untuk memperoleh kepuasan bagi kedua belah pihak.

 Arti Sempit :
adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain. Khusus dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan (work organization). HR ini dimaksudkan meningkatkan moral dan disiplin anggota organisasi. Bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja, sense of belonging, yang dikaitkan dg peningkatan produktivitas.
Praktisi PR berkomunikasi dengan seluruh publik internal dan eksternal yang terkait untuk membangun hubungan positrif dan untuk menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dan harapan masyarakat. Praktisi PR mengembangkan, melaksnakan dan mengevaluasi program organisasi dengan mendorong pertukaran pengaruh dan pengertian antara bagian-bagian pokok dan publik organisasi) (Otin Baskin, et.al, 1997:5)
dalam berorganisasi ada banyak pihak-pihak berkepentingan yang harus diajak berkomunikasi, khususnya kelompok tertentu komunitas local dan para pembentuk Opini, disini peran PR dalam memelihara dan mempertahankan hubungan positifdengan lingkungan eksternal, terutama berkaitan dengan keberhasilan financial, kebijakan lingkungan dan etika bisnis. CSR (corporate Social Reponbility) merupakan realisasi dialog dan dampak bagi operasionaldi masa mendatang dan penciptaan suatu profil yang bisa meningkatkan citra perusahaan tersebut

Saturday, November 27, 2010

BAHASA dan IDENTITAS

BAHASA dan IDENTITAS
Kata “Gue & loe” Bahasa Asli Betawi Yang Di gunakan Sebagai Bahasanya anak Gaul


Bahasa menunjukkan bangsa. Paling tidak itulah sebuah tamsil atau pepatah lama menyebutkannya. Lain dari pada itu, bahasa juga merupakan sebuah konvensi dari para penggunanya. Karena merupaka konvensi, bisa jadi bahasa pun digunakan oleh kelompok tertentu untuk memperlihatkan identitas mereka. Inilah saya, inilah kami, ketika sebuah pertanyaan muncul mengapa mereka menggunakan bahasa seperti itu.
Menarik untuk memperhatikan bahasa sebagai identitas kelompok. Karena dengan mendengar atau melihat slogan, kata atau istilah yang mereka pakai, secara cepat kita dapat mengetahui bahwa mereka adalah kelompok ini, atau mereka merupakan bagian dari kelompok itu. Dalam tulisan ini setidaknya ada beberapa kelompok yang menggunakan bahasa tertentu sebagai petanda bahwa mereka berasal dari kelompok yang memiliki sebuah ciri dan konvensi tersebut
Menurut Pendapat para ahli menyatakan, kunci suatu komunikasi yang baik adalah bahasa dan penyampaian bahasa itu sendiri. Begitu banyak bahasa di dunia ini, dan bagaimana selama ini bahasa itu bisa tercampur menjadi suatu komunikasi yang baik. Kita bisa berbicara dengan semua bahasa yang ada itu, tetapi kita tak mengetahui arti dan maknanya, tak ubahnya kita ibarat bertamu di rumah sendiri. Jadi meski kita berada di tempat sendiri namun merasa tidak mengetahui apa-apa. Semua bahasa yang ada di dunia ini mengalami perubahan dari satu bahasa satu ke bahasa yang lain
Seperti Bahasa gaul, bahasa ini baru muncul beberapa tahun terakhir. Sesudah reformasi (1998), digunakan untuk menyebut bahasa yang dipergunakan oleh anak-anak muda seperti yang biasa kita dengar di sinetron-sinetron atau dalam percakapan antar anak muda, atau ketika mereka diwawancara. Dalam bahasa gaul kita perhati-kan banyak sekali pengaruh bahasa Jakarta.
Kata ganti orang pertama dan kedua, menggunakan bahasa Cina yang sudah menjadi bahasa Jakarta yaitu gua (gue) dan lu (elo). Meskipun tidak banyak yang menggunakan bunyi "a" dengan "e" pada akhir kata seperti orang Betawi, tetapi perbendaharaan kata Jakarta banyak sekali digunakan. Begitu juga pembentukan kata jadian, sering mengikuti bahasa Jakarta, atau menggunakan akhiran "in" untuk akhiran "kan" dalam bahasa Indonesia baku. Kata "mencuri" jadi "nyu-ri", atau "maling", kata "bersembunyi" jadi "ngumpet", kata "mendekati" jadi "nyamperin", kata "memikirkan" menjadi "mikirin", dan semacamnya. Sebab, bahasa gaul baru muncul sejak kira-kira 1998, maka dalam ka-mus-kamus pun tidak tercantum sebagai entri. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) susunan yang pertama kali terbit 1994, entri bahasa gaul tidak ada. Dalam Kamus Besar Bahasa In-donesia (KBBI) entri bahasa gaul baru tercantum dalam edisi keempat (2008). Dalam edisi sebelumnya belum ada.
Menurut KBBI edisi keempat itu, bahasa gaul artinya "dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan". Sementara "pergaulan" menurut KBBI itu, juga artinya "n 1 perihal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat; - memengaruhi kepribadian". Artinya, kalau keterangan tentang bahasa gaul itu disesuaikan dengan keterangan tentang arti "pergaulan", akan berbunyi "dialek bahasa Indonesia nonformal, yang digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk perihal bergaul; atau untuk kehidupan bermasyarakat"
Misalnya saja kata “gue” dan “lo” sebagai pengganti “aku” dan “kamu” dalam percakapan sehari-hari. Sebenernya Kata Tersebut merupakan campuran atara bahasa betawi dan tionghoa, dlu orang Tionghoa dan Betawi hidup berdampingan secara damai. didalam pergaulannya ada beberapa kata yang kerap dipake juga oleh org betawi dan mengalami perubahan sedikit
Geu dari kata Wa, Elo dari kata lu, Engkong dr kong, Gopek dr gopak, Gepek dr cepak
Kata-kata tersebut dulu hanya digunakan oleh orang-orang betawi asli dan bukan dari suku lainnya. Namun sekarang kata tersebut merupakan bahasa yang digunakan oleh orang yang merasa gaul seperti halnya di daerah Jawa Timur khususnya daerah malang banyak orang-orang yang lebih sering menggunakan kata tersebut karna ingin dianggap sebagai anak gaul Ibukota. Rasanya aneh aja kalo misalnya harus mendengar seorang Jawa yang lidahnya masih medhok Jawa banget ngomong pake “gue” dan “lo” ketimbang “aku” karo “kowe” bahkan ketika sedang bercakap-cakap dengan sesama orang Jawa. memangnya kenapa kalo make bahasa daerah sendiri? Ada yang kurang? Apa kesannya ndeso? Apa takut dicap nggak gaul kalo pake bahasa daerahnya situ sendiri? Malah jadi keliatan gaul-wannabe kalo make bahasa dari daerah lain yang sedangkan mereka sendiri belum fasih menggunakan dialeknya. mereka malah macam anak muda kampungan yang lagi maksa kepengen punya taste ala ibukota.
Gaya bicara ibukota memang akhirnya jadi tren dan standar sebagai imbas dari keseragaman setting hiburan yang dikonsumsi sama konsumen-konsumennya yang lagi krisis identitas. Saking dianggapnya sebagai standar, beberapa karya hiburan yang lahir belakangan akhirnya jadi ikut-ikutan latah Akan tetapi, yang jelas kita alami sekarang bahwa bahasa gaul itu tidak hanya digunakan dalam kelompok tertentu atau di daerah tertentu. Dengan digunakannya dalam sine-tron-sinetron dan pada wawancara yang disiarkan oleh televisi secara nasional, maka bahasa gaul digunakan secara luas dalam masyarakat Menurut keterangan, BBC di London hanya menyiarkan bahasa Inggris baku, bahasa gaul seperti yang umpamanya terdengar dalam percakapan sehari-hari orang London sekalipun, tidak boleh disiarkan oleh BBC.
Akan tetapi, stasiun-stasiun televisi di Indonesia boleh menyiarkan bahasa gaul secara bebas, sehingga akan besar pengaruhnya kepada pemakaian bahasa sehari-hari masyarakat yang banyak mendengarkan siaran-siarannya. Bahasa gaul juga sekarang digunakan oleh para pemasang iklan.
Bahkan dalam radio-radio lokal mereka sering menggunakan basaha ini sebagai bahasa penyiaran. Efek dari keseragaman setting hiburan, mulai meracuni para remaja yang bukan ibukota. Mereka serasa belum keren kalo belum ngomong dengan bahasa penduduk ibukota. Bahasa simbah kakung dan simbah putrinya mulai terabaikan. Mereka seakan nggak bangga dengan identitas daerahnya sendiri yang justru memberikan diferensiasi, warna, dan keunikan tersendiri pada identitas pribadinya. Lucunya, saking pengennya dicap gaul ala ibukota, mereka nggak menyadari pantas-tidaknya mereka menggunakan bahasa yang dipikirnya bakal meningkatkan harkat, derajat, dan martabatnya itu. Lidah nggak fasih tapi maksa. Jadilah mereka kayak serombongan pemain dagelan.
Maka jangan salahkan bila sebagian orang menganggap manusia-manusia yang ber-lo-gue-lo-gue-an demi status gaul dan keren dengan mengorbankan identitas lokalnya adalah manusia yang murahan. Kecuali dalam perkara di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, penggunaan lo-gue-lo-gue-an dengan logat Jawa yang masih medhok malah menunjukkan betapa kalian adalah korban mode picisan yang tidak punya identitas, keunikan, dan kelas tersendiri

Sunday, September 19, 2010

Postmodernisme

Postmodernisme, pada hakikatnya, merupakan campuran dari beberapa atau seluruh pemaknaan hasil, akibat, perkembangan, penyangkalan, dan penolakan dari modernisme. Modernisme adalah suatu periode yang mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan hanya menggunakan penalaran manusia. Oleh karena itu, dalam arti simbolik penalaran menggantikan posisi Tuhan, naturalisme menggantikan posisi supernatural.
Modernisme sebagai pengganti dinyatakan sebagai penemuan ilmiah, otonomim manusia, kemajuan linier, kebenaran mutlak (atau kemungkinan untuk mengetahui), dan rencana rasional dari social order Modernisme dimulai dengan rasa optimis yang tinggi. Sedangkan postmodernisme adalah sebuah reaksi melawan modernisme yang muncul sejak akhir abad 19. Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh emosi, dan moralitas digantikan oleh relativisme. Kenyataan tidak lebih dari sebuah konstruk sosial; kebenaran sama dengan kekuatan atau kekuasaan.
Identitas diri muncul dari kelompok. Postmodernisme mempunyai karakteritik fragmentasi (terpecah-pecah menjadi lebih kecil), tidak menentukan, dan sebuah ketidakpercayaan terhadap semua hal universal dan struktur kekuatan. Postmodernisme adalah pandangan dunia yang menyangkal semua pandangan dunia. Singkatnya, postmodernisme mengatakan bahwa tidak ada kebenaran universal yang valid untuk setiap orang. Individu terkunci dalam persepktif terbatas oleh ras, gender, dan grup etnis masing-masing. Satu hal yang luput disadari terhadap postmodernisme adalah bahwa postmodernisme merupakan suatu gerakan kebudayaan dan sistem pengetahuan kebudayaan. Hal ini tidak lain disebabkan oleh karena tidak begitu diperhatikannya “konsep kebenaran” yang dimiliki postmodernisme.
Dari sisi yang sangat utama ini, terhadap modernisme, “konsep kebenaran” yang dimaksud selain telah meruntuhkan standar kebenaran satu-satunya yang dimiliki modernisme, juga telah menggantikan rasio, atau rasionalisme-empirisisme, atau saintisme, yang selama ini menjadi pusat realitas—pusat segala-galanya. “Konsep kebenaran” itu, di satu sisi, adalah kebudayaan itu sendiri karena yang menjadi ukuran kebenarannya adalah nilai-nilai yang berada di dalam konteks kebudayaan, atau kebudayaan tersebut sebagai nilai, dan di sisi lainnya, adalah pengetahuan kebudayan itu sebagai sistem pengetahuan dengan ukuran kebenaran yang sama, kebudayaan atau nilai. Sudah tentu “konsep kebenaran” tersebut tidak dalam pengertian monisme (ketunggalan) sebalik pluralisme (anekaragam)—misalnya, bahwa kebenaran tidak tunggal tetapi banyak, dan juga tidak sentral tetapi berada, seberanekaragam dan sebanyak aneka dan ragam ada dan berada-nya kebudayaan-kebudayaan (komunitas) itu sendiri.
Bahwa postmodernisme cenderung dipandang miring sebagai sesuatu yang “suka-suka”, “apa saja boleh”, “tidak ada aturan”, “destruktif”, “anarkis”, “radikal”, “tidak punya standar kebenaran”, “tidak punya nilai”, atau “hanya omong kosong” (Ritzer, 2003: 407), dan berbagai “kecenderungan skeptis” (Piliang, 2003: 267) lainnya, dengan demikian berarti tidak tepat sama sekali. Sebaliknya postmodernisme justru, tidak saja memiliki “konsep kebenaran”, dengan menempatkan nilai sebagai ukuran kebenaran (dalam posisi dan pengertian yang plural), tetapi yang lebih penting adalah meng-ada-kan dan mem-berada-kan seluruh dan beranekaragam kebenaran-kebenaran yang ada, setelah membelanya di hadapan kebenaran rasio sebagai “suatu keangkuhan kebenaran” selama ini—dengan sekaligus menurunkannya ke posisi yang sejajar bersama alat-alat ukur kebenaran yang lain.
Postmodernisme akan lebih mudah dipahami dengan terlebih dulu memandangnya sebagai suatu reaksi terhadap modernisme sebagai bagian dari reaksi tersebut, modernisme dipandang:
(a) merupakan upaya manusia menjadi subjek melalui penyingkiran Subjek (Tuhan). Dalam hal ini, modernisme merupakan upaya manusia menjadi: subjek yang berkuasa dan otonom, dan subjek yang berkebasan mutlak dan individual;
(b) modernisme sekaligus merupakan upaya penggantian Standar Kebenaran, Logos (Tuhan) dengan rasio, rasionalisme (sains), sebagai standar kebenaran (logos), dan;
(c) modernisme merupakan upaya mengobjektitaskan (menjadikan sebagai objek) dan sekaligus merasionalitaskan dunia (menjadikan dunia sebagai “dunia akal”).
Sejumlah pandangan di atas sekaligus merupakan kritik postmodernisme sebagai upaya mengungkap kepalsuan-kepalsuan modernisme. Atas dasar kritik demikian kemudian postmodernisme menolak modernisme. Kritik postmodernisme yang sekaligus merupakan landasan penolakan terhadap modernisme,
Sebagaimana konsep realitas oleh modernisme. Bagi postmodernisme, konsep realitas modernisme hanya ilusi, palsu (realitas objektif palsu), sengaja memalsukan realitas yang sesungguhnya menjadi realitas rasionalisasi, narasi (metanarasi) oleh karena sama sekali tidak ada realitas yang demikian kecuali hanya di dalam rasio atau pikiran manusia semata. Sebaliknya, realitas bagi postmodernisme tidak lain adalah realitas yang diciptakan, diwujudkan, tepatnya diciptakan atau diwujudkan oleh bahasa. Bahasalah yang telah menciptakan dan membuatnya menjadi realitas mewujukan menjadi realitas dan sekaligus secara terus-menerus memberadakannya sebagai proses penciptaan realitas. Realitas ciptaan tersebut sesungguhnya merupakan suatu fakta, fakta ciptaan, fakta sosial.
Postmodernisme memandang manusia sebagai diri yang di-ada-kan, yang di-berada-kan, yang diciptakan melalui dan sekaligus oleh jaringan sosial, kehidupan sosial—yang diwujudkan oleh dan sekaligus merupakan proses bahasa. Dalam hal ini, postmodernisme memang memandang kehidupan sosial lebih dulu muncul sementara manusia seolah-olah menyusul setelahnya. Pandangan demikian disebabkan pandangan postmodernisme yang melihat realitas sebagai fakta (fakta sosial bahasa), yang oleh karenanya hanya “realitas dengan kehidupan sosial yang lebih dulu muncul sementara manusia datang menyusul” itulah yang dapat diterima sebagai fakta; dapat diterima sebagai fakta yang memiliki sekaligus melalui alasan-alasan atau dasar-dasar landasan faktualnya yakni sebagai ciptaan bahasa
Maka, sesuai dengan konsep-konsep filosofis tentang “apa” (“onto”), “bagaimana” (“epistema”), dan “untuk manfaat dan kegunaan apa dan bagaimana” (“aksio”) yang dimiliki postmodernisme di atas, sebagai sistem pengetahuan, postmodernisme tidak lain merupakan sistem pengetahuan kebudayaan (kulturalisme, culturalism) sekaligus pengkajian kebudayaan (cultural studies)
KRITIK TERHADAP POSTMODERNISME
Menurut Magnis Suseno setidaknya ada tiga kelemahan “postmodernisme”, yaitu:
1) “Postmodernisme” buta terhadap kenyataan bahwa banyak cerita kecil menggandung banyak kebusukan.
2) “Postmodernisme” tidak membedakan antara ideologi, disatu pihak; dan prinsip-prinsip universal etika terbuka, dilain pihak.
3) Kebutaan ketiga “Postmodernisme” adalah bahwa tuntutan untuk menyingkirkan cerita-cerita besar demi cerita-cerita kecil sendiri merupakan cerita besar dengan klaim universal.
Sedang menurut Ariel Heryanto[8] (dikutip dari seminar “Pascamodernisme :Relevansinya Bagi Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia Mutakhir” di Salatiga, 8-9 Oktober 1993. mengatakan bahwa : cukup banyak pendapat bahwa postmodernisme tidak perlu diperhatikan karena dianggap tidak ada yang baru darinya. Ada dua alasan yang sering dikemukakan. Postmodernisme dianggap sama dengan relativisme atau sekedar “metode kritik” yang sudah dikerjakan hampir semua isme lainnya. Bagi pihak lain postmodernisme dianggap sudah lama hadir dalam kehidupan sehari-hari, dianggap terlalu biasa dan tak pantas mendapatkan perhatian khusus.
Postmodernisme juga diserang karena dua alasan lain yang saling bertolak-belakang. Disatu pihak ia dianggap berbahaya, karena dituduh bersikap terlalu luwes, penganjur “re;ativisme” yang ekstrem, terlalu permisif, membiarkan dan membenarkan apa saja, tanpa batas. Postmodernisme dianggap mengobarkan semangat anything goes (“apa pun saja boleh”). Dipihak lain postmodernisme diserang, kadang-kadang oleh pengkritik yang sama, justru karena dianggap bersikap terlalu sempit.

Monday, August 23, 2010

Feminisme Mulai Di salah Artikan

Sejak adanya Paham patriarki banyak orang beranggapan bahwa dunia ini tidak adil bagi perempuan sebab paham tersebut dipakai untuk menggambarkan sistem sosial di mana kaum laki-laki sebagai suatu kelompok mengendalikan kekuasaan atas kaum perempuan. Engels (1972) berpendapat bahwa asal mula patriarki berkaitan dengan mulai adanya pemilikan pribadi dan pewarisan yang berujung pada pengaturan jenis kelamin perempuan dalam satuan keluarga monogamy. Hubungan antara perempuan dan laki-laki bersifat Hierarkis : yakni laki-laki berada pada kedudukan dominan sedangkan perempuan sub-ordinat, (laki-laki menentukan, perempuan ditentukan). Perempuan dianggap sebagai subordinat dalam keluarga, kewajiban mencari nafkah terletak pada pihak suami. Dan ini menciptakan power gap dalam keluarga, karena suami akan memiliki hak lebih banyak karena dia adalah penghidupan keluarga.

Setelah Revolusi Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya Ketika itu, perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan pekerjaan Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki di hadapan hokum. Karena adanya hal tersebutlah maka lahirlah paham Feminisme sebagai filsafat dan gerakan berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu danMarquis de Condorcet

Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles Fourier pada tahun 1837. Pada tahun (1869) Perjuangan mereka menandai kelahiran feminisme Gelombang Pertama. Pada awalnya gerakan ditujukan untuk mengakhiri masa-masa pemasungan terhadap kebebasan perempuan. Secara umum kaum perempuan (feminin) merasa dirugikan dalam semua bidang dan dinomor duakan oleh kaum laki-laki (maskulin) dalam bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik khususnya - terutama dalam masyarakat yang bersifat patriarki Dalam masyarakat tradisional yang berorientasi Agraris, kaum laki-laki cenderung ditempatkan di depan, di luar rumah, sementara kaum perempuan di dalam rumah. Situasi ini mulai mengalami perubahan ketika datangnya era Liberalisme di Eropa dan terjadinya Revolusi Perancis di abad ke-XVIII yang merambah ke Amerika Serikat dan ke seluruh dunia.

Sekilas, konsep feminisme tidak bermasalah karena bertujuan untuk mengangkat derajat kaum perempuan yang selama ini dianggap didiskriminasikan dan dilanggar hak-haknya oleh kaum lelaki Tapi konsep feminisme yang notabene berasal dari Barat dan menggunakan standar-standar kehidupan perempuan Barat yang cenderung bebas. Mulai dari situ feminisme, yang semula lahir sebagai gerakan yang membela kaum wanita dalam meningkatkan harga diri wanita yang ingin dinilai sesuai dengan potensinya sebagai manusia tanpa harus memandang gender, mulai disalahartikan. Ingin menaikan harga diri tapi malah menjatuhkan harga diri sendiri. Wanita ingin disamakan dalam segala aspek mulai bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, dan politik namun mereka tidak mengetahui batasan untuk diri mereka sendiri. Konsep feminisme jadi problem karena dengan alasan persamaan hak dan kesetaraan, sadar atau tidak sadar perempuan ditanamkan pemikiran dan pandangan bahwa kaum lelaki adalah manusia yang agresif, emosional, memonopoli lapangan kerja. persamaan hak ini cenderung membuat perempuan "identik" dengan laki-laki. Dan membuat gaya berpikir mereka sama dengan laki-laki yang tumbuh untuk menjadi "manusia yang egois" di dunia.

Menurut saya Kesetaraan menurut konsep feminisme, bahwa laki-laki dan perempuan harus memiliki kehidupan yang sama, tanggung jawab yang sama dan pada akhirnya membuat mereka mengalami tekanan hidup yang sama. Karena Perempuan mengalami kondisi yang lebih buruk, karena mereka diminta untuk memainkan dua peran bukan satu peran bahwa tugas perempuan di dalam rumah dan tugas laki-laki mencari nafkah di luar munkin dalam hal ini kaum perempuan menang dalam mendapatkan apa yang disebut kebebasan dalam dunia laki-laki, sementara kaum lelaki banyak yang mengalami krisis jati diri. Sehingga tak heran jika sekarang banyak kaum lelaki yang 'feminim', berpakaian dan bertingkah laku seperti perempuan.

Konsep feminisme yang sekarang berkembang, membuat kaum perempuan, utamanya di negara-negara maju jadi meremehkan peran perempuan sebagai isteri dan ibu. Banyak diantara mereka yang tidak mau direpotkan dengan kewajiban-kewajiban sebagai isteri dan ibu sehingga mereka cenderung memilih melakukan seks bebas tanpa komitmen, memilih membesarkan anak-anak tanpa kehadiran seorang ayah bahkan menikah sesama jenis. Tak seorang pun yang ingin mencerabut hak-hak kaum perempuan, tapi kita harus memahami bahwa kebebasan bukan berarti harus mendegradasikan kaum perempuan dan persamaan hak bukan berarti harus 'identik'.

Padahal Bagi para wanita muslim, di Al-Quran dengan jelas menyebutkan bahwa Allah Swt menciptakan berbeda antara kaum lelaki dan kaum perempuan. Masing-masing dianugerahkan peran yang berbeda pula untuk saling mendukung sebagai satu tim, dan bukan untuk saling bersaing

Kaum perempuan membawa karunia dan nilai-nilai yang unik bagi dunia. Peran perempuan dalam memulihkan nilai-nilai keluarga dalam kehidupan masyarakat yang modern bisa membuat kaum lelaki, anak-anak bahkan perempuan itu sendiri, hidup bahagia
Jadi Menurut saya Dunia Yang adil bagi laki- dan wanita adalah dengan saling manjaga satu sama lain dan menyayangi serta bertindak sesuai kodratnya masing agar tidak ada ketimpangan dalam kehidupan ini dan sudah menjadi tugas kita untuk membuat wanita di dunia ini hidup dengan kebebasan dan kesetaraan. Kita adalah sama, mungkin secara fisik dan psikis laki-laki dan wanita berbeda tapi itu bukan alasan sama sekali untuk membeda-beda kannya.

Wednesday, July 21, 2010

Deskripsi Sistem Sosial Budaya Indonesia (SSBI)

Sistem Sosial Budaya Indonesia mendeskripsikan tentang pengertian Sistem Sosial Budaya, pengertian pranata sosial, budaya dan masyarakat Indonesia, karakter dan pendekatan sistem sosial budaya, karakter masyarakat, pluralisme sebagai realitas objektif masyarakat Indonesia, faktor-faktor penentu Sistem Sosial Budaya Indonesia. Ditelaah pula teori-teori teori-teori sistem sosial budaya, realitas hubungan sistem sosial budaya dengan lingkungan, pengaruh adat istiadat dan kebudayaan terhadap struktur sosial Indonesia.

Pada sisi lain, dalam kuliah Sistem sosial budaya sekaligus menyoroti keragaman (kemajemukan) suku bangsa dan agama dalam masyarakat Indonesia. Tentu kondisi plural tidak terlepas dari masalah perbedaan, pertentangan, perselisihan dan konflik yang dihadapi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang. Sistem sosial dan budaya demikian terwujud dalam struktur masyarakat yang unik, di mana integrasi nasional justeru ditentukan oleh interaksi dan kohesi antar keragaman sosial budaya. Meskipun tak sedikit pula perkembangan pluralisme menimbulkan masalah yang mengancam integrasi nasional, namum ada strategi interaksi dan komunikasi sosial budaya untuk memelihara, merevitalisasi dan mengentaskan disintegritas. Ada pula kaitan kajian sosial budaya dengan perkembangan struktur organisasi dan kepartaian di Indonesia, yang nampak kian menembus makna demokratis tanpa batas.
Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, kebudayaan atau budaya Indonesia semakin tidak di perhatikan keberadaanya, bahkan belakangan ini banyak sekali budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak lain, lantaran mereka tahu kalau pemiliknya kurang peduli. Padahal Indonesia adalah Negara yang kaya, subur dan seharusnya juga makmur, termasuk kemakmuran budaya dan etnis yang beranekaragam. Dari sudut pandang Sistem Sosial dan Budaya di Indonesia, pada kenyataannya dalam kurun waktu yang singkat telah banyak unsur-unsur budaya yang terlepas dari bingkainya, terjadi pengikisan makna budaya di mana-mana dan telah terjadi penyimpangan-penyimpangan dari kemurnian Sistem Sosial dan Budaya Indonesia.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, ternyata telah memperlancar arus masuknya budaya asing yang tak terkendali. Dalam kondisi terbuka tanpa filter, tanpa prinsip yang kuat, rendahnya sosialisasi, tanpa pemeliharaan nilai-nilai budaya, dan rendahnya kepedulian terhadap pelestarian budaya nasional, maka budaya bangsa ini akan tergilas dan punah. Bukan bangsa lain yang harus dipersalahkan, akan tetapi bangsa sendiri yang tidak menjaga nilai-nilai luhur kebudayaannya. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka bangsa Indonesia akan kehilangan jatidirinya sebagai negara yang kaya raya akan budayanya. Oleh karena itu, pentingnya mengikuti mata kuliah sistem sosial dan budaya Indonesia ini agar generasi muda dapat mengenal, mengetahui dan memahami lebih dalam tentang pentingnya melestarikan ciri khas budaya bangsa ini.

Setelah mengikuti matakuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia ini, mahasiswa mampu mengenal dan mengidentifikasi berbagai masalah yang timbul di dalam proses pembangunan di Indonesia. Paling tidak secara umum mengetahui dan memahami bahwa Indonesia mempunyai paling banyak ragam budaya dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa/etnis. Kekayaan budaya dan suku bangsa merupakan salah satu kebanggaan Indonesia, oleh karena itu agar tak luntur oleh infiltrasi budaya asing, maka anak bangsa ini amat perlu memahaminya dengan mempelajari dan memahami sistem sosial budaya Indonesia.
Secara umum kontek manusia sebagai mahkluk sosial dan makhluk
budaya, tidak terlepas dari peran yang harus dijalankannya untuk
berhubungan dengan orang lain dalam sebuah sistem yang disebut
masyarakat.

Jadi Tujuan SSBI secara umum adalah untuk mengkaji Sistem Sosial
dan Sistem Budaya yang ada di masyarakat Indonesia dan bagaimana
manusia mengembangkan kepribadiannya sebagai mahkluk sosial dan
mahkluk budaya, sehingga mampu menanggapi secara kritis dan
berwawasan luas tentang masalah sosial budaya, serta mampu
menyelesaikannya secara arif dan manusiawi.

Secara Khusus:
1. Mempertajam kepekaan terhadap sosial budaya dan lingkungan
sosial budaya terutama untuk kepentingan profesi.
2. Memperluas pandangan tentang masalah sosial budaya dan masalah
kemanusiaan serta mengembangkan kemampuan daya kritis terhadap
kedua masalah tersebut.
3. Menghasilkan calon pemimpin bangsa dan negara yang tidak bersifat
kedaerahan dan tidak terkotak-kotak oleh disiplin ilmu yang ketat
dalam menanggapi dan menangani masalah dan nilai-nilai dalam
lingkungan sosial budaya.
4. Meningkatkan kesadaran terhadap nilai manusia dan kehidupan
manusiawi.
5. Membina kemampuan berpikir dan bertindak objektif untuk
menangkal pengaruh negatif yang dapat merusak lingkungan sosial
budaya.